Harnas.id, Depok – Proyek ambisius Metro Stater di Kota Depok hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian, meskipun sebelumnya direncanakan rampung pada Oktober 2024. Proyek ini telah menjadi sorotan sejak wacananya pertama kali muncul pada tahun 2013 di era Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ismail.
Metro Stater, yang terletak di kawasan strategis Jalan Margonda, berdiri di atas lahan seluas 2,6 hektar milik Pemerintah Kota Depok. Lahan ini disewakan dengan sistem Hak Guna Bangunan (HGB) selama 30 tahun kepada PT Andyka Investa, selaku pengembang. Dalam kesepakatan, pemerintah daerah menerima miliaran rupiah dari biaya sewa tersebut. Namun, apa yang menjadi hambatan hingga pembangunan ini belum juga selesai?
Menurut Muttaqin, Juru Bicara PT Andyka Investa, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor utama yang menghambat proses pembangunan Metro Stater.
“Pandemi membuat banyak perubahan di sektor usaha, termasuk proyek ini. Karena melibatkan pengerjaan fisik dengan banyak tenaga kerja, tentu tidak memungkinkan dilakukan saat pandemi,” ujar Muttaqin, dikutip pada Rabu, 15 November 2023.
Pasca-pandemi, PT Andyka Investa melakukan penyesuaian desain untuk mengakomodasi sejumlah rencana baru. Salah satu perubahan besar adalah integrasi Metro Stater dengan Lintas Rel Terpadu (LRT), yang akan terkoneksi dengan terminal dan stasiun kereta di kawasan tersebut.
“Ada rencana perubahan arus lalu lintas dari BPTJ terkait LRT, juga penyesuaian dengan TransJakarta. Itu membuat kami harus merancang desain baru agar terintegrasi dengan pusat maupun kota,” tambahnya.
Perubahan signifikan lainnya adalah pembatalan pembangunan apartemen di Metro Stater. Pada awalnya, proyek ini mencakup pembangunan apartemen sebagai salah satu elemen utama. Namun, menurut Muttaqin, pasar apartemen di Depok kini sepi peminat.
“Berdasarkan data, pasar apartemen sudah tidak sekompetitif dulu. Karena itu, apartemen kami batalkan, dan desainnya diubah untuk menyesuaikan kebutuhan baru, seperti shelter LRT yang akan berada di antara Metro Stater dan Ramayana,” jelasnya.
PT Andyka Investa juga menyatakan akan mengembalikan uang muka atau down payment (DP) dari konsumen yang telah memesan unit apartemen.
“Ada sekitar 200 unit yang sudah dipesan, dan 100 unit sudah di-DP. Kami pastikan uang itu akan dikembalikan secara bertahap,” tambahnya.
Dengan pembatalan apartemen, nilai investasi proyek Metro Stater menjadi lebih ringan. Jika sebelumnya diproyeksikan mencapai angka yang sangat besar, kini anggaran yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 500 miliar.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Metro Stater tetap diharapkan menjadi pusat kegiatan strategis di Depok. Integrasi dengan LRT dan fasilitas transportasi lainnya berpotensi meningkatkan konektivitas dan mobilitas warga Depok.
Namun, publik kini menanti aksi konkret dari pengembang dan pemerintah kota untuk memastikan proyek ini benar-benar selesai sesuai rencana baru yang telah disesuaikan.