Wali Kota Bogor Wariskan Semangat PETA kepada Generasi Muda Lewat Rencana Patung Jenderal Sudirman

Wali Kota Bogor Dedie Rachim menerima kunjungan Yayasan PETA, membahas pelestarian semangat perjuangan melalui rencana pembangunan Patung Jenderal Sudirman. Foto: Istimewa
Wali Kota Bogor Dedie Rachim menerima kunjungan Yayasan PETA, membahas pelestarian semangat perjuangan melalui rencana pembangunan Patung Jenderal Sudirman. Foto: Istimewa

Harnas.id, BOGOR – Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim menegaskan pentingnya mewariskan semangat perjuangan Pembela Tanah Air (PETA) kepada generasi muda sebagai bagian dari identitas dan sejarah panjang Kota Bogor.

Hal ini disampaikannya saat menerima kunjungan Yayasan PETA di Rumah Dinas Wali Kota Bogor. Dalam pertemuan tersebut, Dedie menyebut bahwa Bogor merupakan tempat kelahiran para tokoh penting bangsa, termasuk para pahlawan nasional dan perwira tinggi yang mengenyam pendidikan militer pertama kali di Sekolah PETA yang berdiri pada 1943 di Jalan Jenderal Sudirman.

“Kota Bogor memiliki sejarah luar biasa. Di sinilah tempat lahirnya para pahlawan revolusi dan tokoh besar bangsa. Warisan ini harus diteruskan melalui pendidikan kepada anak-anak kita,” ujar Dedie.

Sejak ditetapkan melalui Surat Keputusan DPRD Kotamadya Tingkat II Bogor pada 19 Oktober 1995, Bogor secara resmi dikenal sebagai Kota Pembela Tanah Air (PETA). Status ini menjadi pengingat akan peran besar kota ini dalam perjuangan kemerdekaan, sekaligus mendorong pentingnya pelestarian sejarah.

Dedie menambahkan bahwa semangat perjuangan tersebut harus terus hidup, tidak hanya dalam ingatan, tapi juga melalui bentuk fisik yang dapat dikenang oleh generasi selanjutnya.

Sebagai bentuk konkret pelestarian sejarah, Pemerintah Kota Bogor bersama Yayasan PETA tengah memfinalisasi rencana pembangunan Patung Jenderal Sudirman di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di sekitar area Air Mancur.

“Dengan hadirnya patung ini, kami ingin mengikat masa lalu dan masa depan Kota Bogor dalam satu simpul sejarah yang kokoh,” kata Dedie.

Ketua Yayasan PETA, Tinton Soeprapto, menekankan bahwa Jenderal Sudirman adalah tokoh sentral dalam sejarah militer Indonesia dan dunia, karena menjadi pelopor perang gerilya serta angkatan pertama lulusan pendidikan militer PETA yang dimulai dari Kota Bogor.

“Inilah momen penting untuk mengenang bahwa perjuangan itu dimulai dari Bogor, satu-satunya tempat di dunia saat itu yang memiliki institusi Pembela Tanah Air,” ujar Tinton. “Ayah saya juga bagian dari sejarah itu.”

Pendidikan tentara PETA resmi dimulai pada 1943 dan berakhir pada 1945 pasca-kemerdekaan. Untuk menjaga ingatan sejarah itu, sejak 1993 telah dibangun Museum PETA di Jalan Jenderal Sudirman. Museum tersebut menyimpan lebih dari 500 senjata peninggalan asli serta artefak sejarah lainnya.

Tinton pun mengapresiasi komitmen Dedie Rachim yang dinilai memahami pentingnya sejarah dan berani mengambil langkah untuk menghidupkannya kembali di tengah masyarakat.

“Kami seperti naik perahu, dan Pak Wali mengibarkan layarnya. Sejak awal menjabat, beliau sudah membuka ruang untuk sejarah kembali hidup, termasuk bagi generasi muda,” katanya.

Tinton juga menegaskan bahwa dalam proses pembangunan patung ini, ke depan perlu melibatkan para ahli sejarah, akademisi, serta berbagai pemangku kepentingan agar makna perjuangan PETA tetap terjaga dengan utuh dan sesuai konteks.

Editor: IJS