Desain Ibu Kota Negara Baru di Kalimantan | IST

HARNAS.ID – PT Waskita Karya (Persero) Tbk menyebut proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur dapat berdampak positif bagi pendapatan usaha. Menurut Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Waskita Wiwi Suprihatno, pengerjaan konstruksi di IKN merupakan proyek yang memiliki risiko relatif rendah secara bisnis. 

“Selain itu memberikan dampak sangat positif berupa perbaikan kinerja dalam hal potensi penambahan pada pendapatan usaha,” ujarnya dalam diskusi di Jakarta, Selasa (20/9/2022). 

Wiwi berharap proyek pembangunan IKN Nusantara di Kalimantan Timur dapat memperbaiki kondisi likuiditas Waskita. Dia menyebut perseroan mencatatkan winning rate pada lima tahun terakhir di atas 20 persen. 

“Diharapkan dalam dua tahun ke depan kontribusi proyek IKN terhadap nilai kontrak baru Waskita dapat mencapai hingga 20 persen dari target perolehan nilai kontrak baru Waskita secara keseluruhan,” katanya.

Hal ini tentunya akan dapat meningkatkan penambahan pendapatan usaha bagi Waskita.Waskita sebagai BUMN konstruksi telah memenangkan dua proyek untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur yakni Proyek Jalan Tol Segmen Simpang Tempadung-Jembatan Pulau Balang dan Proyek Jalan Lingkar Sepaku.

Proyek Jalan Lingkar Sepaku memiliki nilai kontrak sebesar Rp 181 miliar, dan Proyek Jalan Tol Segmen Simpang Tempadung-Jembatan Pulau Balang sebesar Rp 2,2 triliun.”Sampai Agustus, Waskita telah memenangkan tender di proyek IKN dengan total nilai Rp 2,4 triliun,” kata Wiwi.

Pemerintah melalui Kementerian PUPR memulai kegiatan pembangunan infrastruktur dasar Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara tahap 1 senilai Rp 5,3 triliun yang ditandai penandatangan kontrak pekerjaan pembangunan IKN TA 2022 sebanyak 19 paket.

Kementerian PUPR telah menyusun rencana/tahapan pembangunan infrastruktur dasar di IKN Nusantara periode 2022-2024 dengan total anggaran sebesar Rp 43,73 triliun. Pada 2022, anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan IKN sebesar Rp 5,3 triliun.

Editor: Firli Yasya