Ilustrasi vaksin COVID-19 | SHUTTERSTOCKS

HARNAS.ID – Sedikitnya, enam versi vaksin Merah Putih segera diedarkan di Indonesia untuk penanganan COVID-19. Menurut Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro, enam versi vaksin tersebut didapatkan dari enam institusi dalam negeri yang mengembangkan vaksin Merah Putih dengan platofrm yang berbeda-beda.

“Nanti akan muncul enam versi vaksin dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Bandung,” katanya dalam konferensi pers virtual di Gedung Graha BNPB Jakarta, Selasa (27/10/2020).

Vaksin yang dibuat Eijkman dengan platform subunit protein rekombinan sudah mencapai kemajuan lebih dari 50 persen. Itu dari skala laboratorium dan direncanakan untuk uji praklinik pada hewan di November 2020. LIPI mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan fusi. Universitas Gadjah Mada mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan.

Universitas Indonesia mengembangkan vaksin dengan platform DNA, mRNA, dan virus-like-particles. Sedangkan Institut Teknologi Bandung mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus, dan Universitas Airlangga mengembangkan vaksin dengan dua platform yakni adenovirus dan adeno-associated virus (AAV).

Pengembangan vaksin dengan berbagai platrom tersebut sebenarnya mirip dengan yang dilakukan banyak pihak luar negeri seperti AstraZeneca yang menggunakan platform non-replicating viral vector dan Moderna platform RNA. Sementara Sinovac dari China menggunakan platform inactivated virus, dan CanSino Biological Inc/Beijing Institute of Biotechnology platform non-replicating viral vector.

“Terpenting produksi sama yaitu vaksin COVID-19,” tutur Menristek Bambang.

Menurut dia, perbedaan platform yang digunakan dalam pengembangan vaksin Merah Putih untuk COVID-19 tergantung kepada teknologi yang dikuasai oleh masing-masing institusi atau peneliti. Tugas para institusi penelitian atau Kementerian Riset dan Teknologi yakni sampai menghasilkan prototipe atau bibit vaksin COVID-19.

Setelah itu pengembangan lanjutan akan menjadi tanggung jawab PT Bio Farma untuk bisa melakukan uji klinis dan produksi pada vaksin tersebut. Bio Farma juga berencana akan membentuk konsorsium bersama perusahaan swasta dalam negeri untuk bisa memproduksi vaksin Merah Putih dengan kapasitas yang lebih besar.

Editor: Ridwan Maulana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini