Ilustrasi jamaah haji Indonesia | KEMENAG.GO.ID
HARNAS.ID – Kementerian Agama (Kemenag) menyiapkan pola baru manasik haji. Tujuannya agar pembinaan haji dapat tetap berjalan optimal dengan menerapkan adaptasi kebiasaan baru.

“Seperti kita ketahui, pandemi COVID-19 ini belum tahu kapan akan berakhir. Dalam kondisi seperti ini, Kemenag berkomitmen untuk tetap memberikan pelayanan, pembinaan dan perlindungan kepada jamaah haji,” kata Kasubdit Bimbingan Jamaah Haji Kemenag Arsyad Hidayat seperti dilansir laman resmi Kemenag, Jumat (25/9/2020).

Arsyad menjelaskan, adaptasi kebiasaan baru dari program manasik haji ini akan dilakukan dengan pola Pembelajaran Jarak Jauh  (PJJ). Arsyad yang hadir sebagai narasumber dalam program Inovasi Layanan Transformasi Digital Komunikasi Informasi dan Edukasi Haji pada Rabu (23/9/2020) ini menyebutkan ada tiga model PJJ yang disiapkan Kemenag.

“Yaitu PJJ secara offline, PJJ online, serta kombinasi keduanya,” tutur Arsyad.

Pada pola pertama, yaitu PJJ secara offline atau luar jaringan, pemberian manasik haji tidak menggunakan jaringan internet melainkan akan melibatkan media Lembaga Penyiaran Publik (LPP).

“Pembelajaran manasik haji dalam model ini akan dilakukan melalui media televisi atau pun radio. Misalnya, nanti melalui RRI atau TVRI yang merupakan LPP,”imbuhnya.

Sebelumnya, para calon jamaah haji akan diberikan semacam modul yang berisi materi manasik haji untuk dipelajari di rumah. Kemudian, mereka diminta mengikuti siaran pembelajaran manasik melalui radio atau televisi untuk mengisi pertanyaan dalam modul tersebut.

“Kemudian pada hari yang yang ditentukan, hasil pekerjaan rumah jamaah akan diperiksa oleh pembimbing manasik,” kata Arsyad.

Untuk melakukan pola manasik ini, Arsyad menuturkan, Kanwil maupun Kantor Kemenag Kota perlu melakukan kerjasama dengan pihak  LPP lokal sehingga memudahkan koordinasi pelaksanaan manasik di tingkat daerah.

Sedangkan, pola manasik kedua yang disiapkan, yakni PJJ secara online atau dalam jaringan (daring). Pola ini mengandalkan komunikasi dan interaksi bimbingan manasik dengan menggunakan teknologi berbasis internet. “Model manasik ini telah dilakukan dengan menyampaikan materi melalui platform media sosial. Mulai dari Youtube, Twitter, WhatsApp, Telegram, Instagram hingga Zoom,” papar Arsyad.

Asyad menyampaikan, saat ini juga telah berlangsung berbagai Kuliah WhatsApp  tentang manasik haji. “Metode ini banyak digunakan pascapandemi COVID-19, sebagai metode belajar yang dianggap mudah diterapkan  dan hemat, karena tidak memerlukan paket data yang besar,” kata Arsyad.

Ketiga, Kemenag juga akan menerapkan PJJ kombinasi. “Dalam pembelajaran ini akan mengintegrasikan pembelajaran tatap muka dan yang menggunakan sumber belajar online,” terang Arsyad.

Dalam setiap pola yang diterapkan, Arsyad berharap para pembimbing manasik menyiapkan diri maksimal. “Siapkan segala aspek pendukung dan selalu lakukan evaluasi untuk perbaikan selanjutnya. Dan perlu diingat, setiap manasik yang dilakukan tetap harus memperhatikan kondisi daerah setempat dan menerapkan protokol kesehatan,” pesan Arsyad. 

Editor: Aria Triyudha





























TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini