Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi | IST

HARNAS.ID – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah mendalami soal pemotongan dana aparatur sipil negara (ASN) Bekasi yang diminta oleh Wali Kota nonaktif Rahmat Effendi. Untuk itu, lembaga antirasuah itu memeriksa lima saksi. 

“Diduga uang dimaksud selanjutnya diperuntukkan bagi kebutuhan tersebut RE (Rahmat Effendi),” kata Plt juru bicara KPK Ali Fikri melalui keterangan tertulis, Selasa, (25/1/2022). 

Ali mengatakan lima saksi itu yakni Asisten Daerah I, Yudianto; Fungsional Analisis Kepegawaian Bekasi, Haeroni; Kepala Bapelitbangda, Dinas Faisal Badar; Kasi PTKSD, Sugito; dan Kasi Tata Pemerintahan, Bima.

KPK juga mendalami cara Rahmat meminta uang itu kepada para ASN. Rahmat diduga dibantu beberapa orang. “Ditampung dan dikelola oleh orang-orang kepercayaan tersangka RE,” ujar Ali.

Sebanyak 14 orang ditangkap KPK dalam operasi tangkap tangan (OTT) di Bekasi. Sembilan di antaranya ditetapkan sebagai tersangka.

Lima tersangka berstatus sebagai penerima, yakni Wali Kota nonaktif Bekasi Rahmat Effendi; Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan PTSP, M Bunyamin; Lurah Jatisari, Mulyadi; Camat Jatisampurna, Wahyudin; dan Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan Kota Bekasi, Jumhana Lutfi.

Mereka disangkakan melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a atau Pasal 5 ayat (1) huruf b atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

Sementara itu, empat tersangka pemberi, yakni Direktur PT MAM Energindo, Ali Amril; pihak swasta, Lai Bui Min; Direktur Kota Bintang Rayatri, Suryadi; dan Camat Rawalumbu, Makhfud Saifudin.

Mereka disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 dan Pasal 12 huruf f serta Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Editor: Ridwan Maulana