Mesin Penjual Otomatis Hewan Peliharaan di Tiongkok Tuai Kontroversi

Harnas.id, Jakarta – Mesin penjual otomatis biasanya identik dengan makanan ringan atau minuman, tetapi di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai, mesin ini menawarkan sesuatu yang berbeda: hewan peliharaan hidup, khususnya kucing ras. Kucing-kucing mungil dipajang dalam kotak transparan yang menarik perhatian pengunjung pusat perbelanjaan.

Fenomena ini, meski menarik, memicu banyak kontroversi. Mesin penjual hewan ini pertama kali muncul pada Mei 2024 dan dianggap sebagai inovasi dalam “ekonomi tak berawak.” Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, terdapat sejumlah masalah yang membebani konsumen.

Tujuan dan Praktik Kontroversial

Menurut seorang karyawan toko hewan, tujuan utama mesin ini adalah mencegah kucing diperlakukan buruk atau ditelantarkan oleh pemilik baru. Namun, model bisnis ini justru menimbulkan pertanyaan tentang kesejahteraan hewan dan kejujuran praktik bisnis.

Mesin ini sering menawarkan kucing ras mahal secara “gratis” dengan kontrak adopsi. Sayangnya, kontrak tersebut sering kali mencantumkan biaya tersembunyi yang mengejutkan para pembeli.

Kasus Viral: Kucing “Gratis” dengan Biaya Mahal

Salah satu kasus yang menarik perhatian adalah pengalaman Yuan, warga Shanghai. Ia mengadopsi seekor kucing American Shorthair berusia tiga bulan dari mesin penjual di sebuah mal. Namun, Yuan terkejut setelah mengetahui bahwa ia harus membayar biaya bulanan sebesar Rp 1,7 juta selama dua tahun.

Kontrak adopsi mewajibkan Yuan membeli makanan dan perlengkapan kucing dari toko tertentu dengan harga yang jauh lebih tinggi dari pasaran. “Saya merasa tertipu. Harga perlengkapan tersebut sangat mahal, bahkan tidak berasal dari merek terkenal,” ungkap Yuan kepada China Youth Daily.

Masalah Kesejahteraan Hewan

Meski inovatif, model bisnis ini memicu kekhawatiran dari pakar kesejahteraan hewan. Kucing-kucing yang dipajang di dalam kotak sering terlihat stres dan tidak nyaman. “Anak kucing itu terlihat lucu, tetapi mereka tidak tampak bahagia di dalam sana,” kata seorang pengunjung mal di Shanghai.

Banyak pihak mendesak pemerintah Tiongkok untuk segera mengatur praktik ini demi melindungi kesejahteraan hewan dan hak konsumen.

Dampak Finansial yang Membebani Konsumen

Kasus Yuan bukan satu-satunya. Seorang wanita melaporkan dirinya terlilit utang Rp 12 juta meski kucing yang diadopsinya meninggal secara mendadak. Kontrak tetap mewajibkan pembayaran penuh selama dua tahun, terlepas dari keadaan hewan.

Pentingnya Regulasi dan Edukasi Konsumen

Fenomena mesin penjual hewan peliharaan ini menunjukkan perlunya regulasi ketat dan edukasi konsumen. Selain itu, masyarakat juga diimbau lebih berhati-hati sebelum menandatangani kontrak adopsi atau pembelian.

Kesimpulan:

Mesin penjual otomatis hewan peliharaan mungkin menawarkan kemudahan, tetapi praktik ini memunculkan berbagai persoalan. Pemerintah dan masyarakat perlu berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi hewan dan adil bagi konsumen.