Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) berbagi cerita saat diwawancara oleh Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 dr Reisa Brotoasmoro, Jakarta, Jumat (9/10/2020) | BNPB.GO.ID

HARNAS.ID – Ujicoba vaksin COVID-19 telah memasuki fase tiga dan melibatkan ribuan relawan. Salah satu dari 1.620 relawan yang ikut serta ujicoba fase tiga di Universitas Padjajaran Bandung beberapa waktu lalu, yakni Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Meski menjadi bagian pemerintah yang menangani langsung, Ridwan Kamil merelakan dirinya untuk menjadi salah satu dari 1.620 relawan vaksin COVID-19. Ridwan Kamil meyakinkan masyarakat, uji klinis vaksin di Bandung disaksikan Presiden Joko Widodo.

Menurut dia, tahap satu vaksin disuntikan pada relawan yang jumlahnya di bawah 100 orang. Tahap dua, ada relawan dengan jumlah antar 100-1000 orang. Sedangkan tahap tiga untuk relawan di atas 1000 orang, (tepatnya 1.620 relawan).

Syarat uji coba itu harus mendatangi hingga 5 kali kunjungan. Pertama melakukan tes PCR, rapid test dan sejenisnya untuk pengkondisian. Kedua, menerima suntikan vaksin tahap satu. Ketiga disuntikan tahap kedua. Keempat dan kelima diambil darahnya untuk dicek reaksi dari vaksin yang disuntikan.

“Apakah setelah disuntik vaksin di dalam tubuh saya ini antibody berlimpah? Jika berlimpahnya sampai 90 persen, berarti badan saya siap melawan virus COVID-19 yang akan menyerang tubuh,” katanya dikutip bnpb.go.id, Sabtu (10/10/2020).

Pengambilan darah kedua Desember 2020. Jika hasilnya berhasil, maka produksi vaksin secara massal baru bisa dimulai dan dilanjutkan (vaksinasi massal). Ridwan Kamil mengatakan, upaya pemerintah memutus dan mencegah penyebaran COVID-19 tidak mudah.

Apalagi, masih ada kelompok-kelompok masyarakat yang meragukan keamanan vaksin. Bahkan, Ridwan Kamil dituding berpura-pura mengikuti proses relawan vaksin ketika fotonya saat proses pengambilan darah diunggah ke akun media sosial pribadinya dan beredar luas.

“Persepsi publik. Mereka yang tidak paham menyangka saya bohong. Menurut yang tidak paham, jarum suntik itu masih seperti model lama, padahal dalam tes vaksin menggunakan yang modern (vacutainer),” tutur Ridwan Kamil.

Dia meminta masyarakat yang tidak paham tentang prosesnya, jangan berkomentar dan memprovokasi. Sebaliknya, warga disarankan bertanya agar memahami prosesnya. Ridwan pun meyakinkan, sejauh ini tidak ada dampak medis yang ditimbulkan akibat vaksin tersebut.

Saat ini, ada beberapa kandidat vaksin COVID-19 yang akan digunakan di Indonesia. Beberapa di antaranya yakni vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Ada pula kandidat vaksin kolaborasi Bio Farma dengan Sinovac dari China, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan.

Editor: Ridwan Maulana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini